tag:blogger.com,1999:blog-33348281430851200332024-02-21T00:17:45.533+07:00Trustdeenathabelantara kata-katatrustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-27139744253543717532009-03-04T14:08:00.003+07:002009-03-04T18:48:54.067+07:00Wisata Belanja Ala Anak TK<p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Mengapa mereka diajarkan belanja? Itu hanya mengajarkan mereka untuk menjadi generasi konsumtif!. Demikian protes ini kukatakan, sewaktu mee bercerita, jika <span style="mso-spacerun:yes"> </span>tadi pagi ia di minta menemani keponakan kami untuk mengikuti program <i style="mso-bidi-font-style:normal">belajar sambil bermain</i> yang diselenggarakan pihak sekolah, di <span style="mso-spacerun:yes"> </span>salah satu mall yang berada dipusat kota. Program inilah yang menyulut protes kerasku.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Dalam program tersebut, masing-masing anak nantinya akan dibekali dengan sejumlah uang oleh orang tuanya. Dengan uang tersebut, mereka akan diminta untuk membeli beberapa barang kebutuhan, kemudian antri dikasir untuk membayar. Sebelumnya mereka diajarkan untuk mengenal beberapa jenis barang yang biasanya dibutuhkan maupun terdapat dirumah mereka.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Sesaat aku tersenyum geli, mendengar cerita mee, ketika interaksi pengenalan barang itu dilakukan, meskipun rata-rata usia anak-anak tersebut belum lagi tujuh tahun, namun mereka dapat menjawab dengan tepat pertanyaan yang dilontarkan oleh guru-guru yang bertugas saat itu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ketika sang guru menunjuk produk minyak goreng seraya bertanya “anak-anak ini apa?” sontak anak-anak TK itu menjawab “minyaakkk goreeenggg buu guuurrrruuu”</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“Minyak goreng untuk apa anak-anaaaak” ?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“Untuk menggoreng buuu guruuuuu”</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“Kalo ini apa”? </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“Itu beras bu gurrrruuuuuuu….” </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“beras untuk apa….”</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“untuk makan bu gurrrruuu”</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“bisa juga untuk makanan ayam bu guuuruuuuu” celetuk seorang anak lagi yang bertubuh sedikit kurus…</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Perjalanan shooping pun di lanjutkan…</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ini apa aaanaak- anaaaaakkkk?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“es krim bu guuuruuuuu”</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“Wah kalian sudah pinter-pinter yaa… semua pertanyaan ibu bisa kalian jawab dengan baik…</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Anak-anak itu pun mengangguk setuju.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Menurut mee, diantara kegiatan “wisata belanja” tersebut, para guru ingin pula mendidik dan mengajarkan budaya “antri” sejak usia dini, budaya “tertib” dan “hidup teratur”. Demikian para guru beralasan. Sembari memperlihatkan buku panduan pelajaran yang mereka bawa.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Aku menghela nafas, Kukatakan pada mee, pada dasarnya aku sependapat dengan argumentasi yang dilontarkan itu. Mendidik dan mengajarkan budaya antri, budaya tertib dan hidup teratur, memang sepatutnya diberikan sejak usia dini dan itu sangat tepat, tetapi aku tidak melihat tujuan dan target yang hendak dicapai akan berhasil 120%. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">mengapa demikian, karena dengan memberikan dan meminta mereka untuk membelanjakan sejumlah uang, maka kemungkinan besar yang terjadi adalah <i style="mso-bidi-font-style:normal">“consumptive behavior</i>” akan lebih mendominasi, dibandingkan dengan tujuan dan target awal yang hendak dicapai. Apalagi lanjut cerita mee, anak-anak terlihat lebih antusias pada saat berbelanja dibandingkan pada saat mengantri pembayaran. Nah lho???</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Demikian pula dengan para orang tua yang hadir dalam program tersebut, entah apakah itu benar-benar di dorong oleh memenuhi kebutuhan rumah tangga yang memang sudah mencapai waktunya, sembari memanfaatkan momen “sekalian jalan” tersebut atau lebih bersikap latah dan di picu oleh rasa “gengsi”, kemudian banyak orang tua lalu mengambil keranjang dan kereta barang.</p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Belanja pun di mulai, para orangtua lalu memenuhi keranjang dan trolly-trolly mereka dengan berbagai macam barang, lalu mengantri di kasir bersama anak-anak mereka yang mulai terlihat suntuk.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Padahal, dalam program ini, para guru membatasi <span style="mso-spacerun:yes"> </span>orang tua untuk tidak mengeluarkan uang lebih dari lima belas ribu rupiah. </p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Kenyataan yang terjadi adalah beberapa orang tua terlibat aksi lirak-lirik daftar belanjaan antara sesama mereka lalu terlibat aksi borong. Seorang anak kemudian menangis sejadi-jadinya, ketika ia tidak mendapatkan es krim dan mainan yang diinginkannya, sebab kebetulan ia hanya ditemani oleh baby sitternya. </p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Sebagian orang tua yang lain, terlihat menggerutu, manakala anak-anak mereka mulai mengambil aneka barang serta beberapa mainan yang mungkin saja tidak termasuk dalam anggaran belanja mereka bulan ini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Proses belanjapun selesai, tiba saatnya untuk membayar, anehnya, tidak semua orang tua <span style="mso-spacerun:yes"> </span>mengantri pada dua lajur kasir yang telah disediakan untuk program ini sebelumnya. Tragis bukan? <i style="mso-bidi-font-style: normal"><o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Menurut pendapatku, sesungguhnya ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh para orang tua dan juga pendidik dalam hal ini, untuk dapat membiasakan, menanamkan, mendidik dan mengajarkan budaya antri, tertib dan hidup teratur pada anak-anak usia dini, tanpa harus terlebih dahulu mengajarkan belanja dan mengeluarkan sejumlah uang kepada mereka.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Jika memang target yang hendak dicapai dalam program belajar sambil bermain itu adalah budaya antri, tertib dan hidup teratur itu sebagai tujuan utama, mengapa tidak membawa mereka ke bank sebagai wahana pembelajarannya. Atau tempat-tempat lain yang tidak memicu perlombaan membelanjakan uang agar terlihat sebagai memiliki uang, atau perlombaan gesek kartu kredit dan gesek kartu belanja yang kesohor itu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Jika saja para guru-guru ini, membawa anak-anak tersebut ke bank, tentu saja, selain mereka dapat memperlihatkan dan memberikan penjelasan tentang bagaimana sebuah proses budaya antri, budaya tertib dan hidup teratur dengan lebih baik,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>pada saat yang sama para guru dapat pula memulai menanamkan kebiasaan untuk menabung sejak dini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Bukankah menabung lebih positif ketimbang <span style="mso-spacerun:yes"> </span>membelanjakan uang? Bukankah tabungan yang di kelola dengan baik dapat menjadi asset yang berharga di kemudian hari, ketimbang memberikan pelajaran “wisata belanja” yang konsumerisme itu..?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ini bukan apriori lanjutku kepada mee, hanya saja program ini sangat tidak produktif. Sejenak pikiranku nelangsa. Generasi konsumtif memang lebih mudah diciptakan. Perlombaan tikus dalam bahasa Robert T Kiyosaki menjadi relevan dalam hal ini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Mau bilang apalagi !!!</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-63678406738560165882009-03-03T00:47:00.003+07:002009-03-03T00:53:25.297+07:00Kaya<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center;text-indent:36.0pt"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span style="font-size:16.0pt;line-height:115%">Kaya<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center;text-indent:36.0pt"><b style="mso-bidi-font-weight:normal">(Bagian 3)<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight: normal">Kaya Itu Takdir atau Pilihan?<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="mso-tab-count:1"> </span></b>Jika saat ini ada seseorang berdiri dihadapan anda, kemudian ia bertanya kepada anda, dengan sebuah pertanyaan, “apakah seseorang yang“kaya” itu, menjadi “kaya” karena takdirnya atau <span style="mso-spacerun:yes"> </span>karena pilihan hidupnya? Jawaban seperti apa yang akan anda berikan?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Pertanyaan di atas pernah aku lemparkan, saat aku menjadi seorang pembicara dadakan, dalam sebuah forum diskusi, yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi ekstrakampus.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Sebagai hasilnya, dari 40 orang peserta, 5 orang percaya bahwa “kaya” adalah takdir, sesuai dengan garis telapak tangan, 9 orang percaya bahwa “kaya” itu adalah sebuah pilihan, dan sisanya memilih bahwa <i style="mso-bidi-font-style:normal">“takdir dan pilihan hidup”</i> tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Meskipun pada sesi diskusi, terjadi perdebatan yang cukup sengit di antara para peserta, tentang takdir dan pilihan hidup itu, namun di akhir session itu, mereka memiliki pendapat dan keinginan yang sama, mereka semuanya ingin menjadi “kaya”, meskipun dengan paparan alasan yang berbeda-beda.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Pada kesempatan terakhir dalam perbincangan itu, aku menambahkan beberapa lagi alasan, mengapa seseorang hendaknya menjadi seseorang yang “kaya” dalam hidupnya.</p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"></p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Pertama, seseorang dihendaki untuk menjadi seseorang yang “kaya” dalam hidupnya, disebabkan “kaya” adalah amanah dari kehidupan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Kedua, persiapan untuk menjadi seseorang yang “kaya”, sama sulitnya dan sama mudahnya dengan persiapan untuk menjadi seseorang yang “miskin”. Dengan kata lain, kerumitan dan <i style="mso-bidi-font-style:normal">complicated </i>permasalahan yang timbul sebagai akibat dari keingingan menjadi “kaya”, sama rumit dan complicatednya dengan memilih untuk menjadi seseorang yang “miskin”.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ketiga, meskipun tidak selalu benar, fakta seringkali berbicara, bahwa orang yang “kaya” dapat melakukan berbagai hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang “miskin”.</p><p></p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-22487445427934509282009-03-02T19:55:00.001+07:002009-03-02T19:57:22.804+07:00Kaya<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="font-size:16.0pt;line-height:115%">Kaya<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><b style="mso-bidi-font-weight: normal">(Bagian 2)<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ketika seseorang diberikan sebuah pertanyaan tentang apa arti “kaya” bagi mereka, tentu saja jawaban yang diberikan akan berbeda-beda.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Hal ini disebabkan persepsi, pengertian dan pemahaman seseorang atas kata “kaya” juga berbeda-beda. Hal ini dapat dipahami lebih jauh, ketika terjadi sebuah perubahan makna, dimana kata “kaya” itu diletakkan baik di depan maupun dibelakang kata lain untuk membuat sebuah pengertian.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Sebagai contoh, apa yang dapat kita bayangkan ketika kata “kaya” didahului dan dipadankan dengan kata “orang”, sehingga menjadi kalimat pendek “orang kaya”. Kemudian apa yang dapat kita pahami ketika kata “kaya” diikuti oleh kata “ilmu”, sehingga menjadi “kaya ilmu”. Bagaimana pula pengertian yang dapat kita berikan dengan “kaya hati”, “kaya aksi”, “cukup kaya”, “kaya pengalaman” dan lain sebagainya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Dengan demikian akan sangat tidak tepat jika asumsi umum yang sering dipakai atau dianut pada umumnya, menunjukkan bahwa kata “kaya” selalu di identikkan dengan kepemilikan harta benda. Akan lebih arif jika kata “kaya” diperuntukkan <i style="mso-bidi-font-style:normal">untuk menunjukkan sesuatu yang lebih dari pada umumnya. </i></p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-3991763252248687372009-03-02T03:46:00.002+07:002009-03-02T03:50:49.196+07:00Kaya?<p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"></span></p><p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="font-size:16.0pt;line-height:115%">Kaya?<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><b style="mso-bidi-font-weight: normal">(Bagian 1)<o:p></o:p></b></p><p></p><p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight:normal">Backgound<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Kemarin sore,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>iseng-iseng aku mampir ke gramedia, tuk sekedar melepaskan penat. Pengunjung <span style="mso-spacerun:yes"> </span>terlihat begitu ramai, hampir-hampir tak ada lagi ruang yang kosong. Mereka yang tengah mencari buku-buku tertentu, cuci mata, sekedar membaca gratis atau iseng-iseng sepertiku, bercampur menjadi satu. Memenuhi lorong-lorong di antara rak-rak buku yang tersusun dengan rapi. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Sempat terlintas dalam benakku, apakah <span style="mso-spacerun:yes"> </span>suasana sore kemarin, karena kebetulan saja, mengingat, <span style="mso-spacerun:yes"> </span>kemarin adalah hari minggu, atau apakah minat baca dan koleksi buku sudah semakin meningkat? Entahlah. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Tetapi setidaknya, menurutku, ketersediaan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan seseorang , di tambah dengan tersedianya berbagai <i style="mso-bidi-font-style: normal">ATK</i> yang cukup komplitlah, yang membuat toko buku ini selalu dikunjungi oleh berbagai kalangan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Sebagai seseorang yang datang dengan iseng dan tengah mencari bacaan yang ringan, tentu saja aku tidak melulu berada pada satu bagian buku. Aku berpindah-pindah, persis kutu loncat. Hingga kemudian berhenti pada sebuah meja yang berisi buku-buku tebal dengan judul “terlaris”.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Buku-buku yang selalu memuat kata “kaya” dalam setiap judulnya. Buku-buku yang ditulis oleh penulis-penulis ternama, penuh motivasi, konsep pemikiran, serta kiat-kiat <span style="mso-spacerun:yes"> </span>tertentu yang mengajak semua orang untuk “sukses” dan menjadi “kaya” dalam hidupnya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Saat tiba di rumah beberapa pertanyaan sederhana memenuhi kepala.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Beberapa <span style="mso-spacerun:yes"> </span>pertanyaan sederhana yang sama untuk anda:</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent:36.0pt">Apa arti kata “kaya” bagi anda?</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent:36.0pt">Apa<span style="mso-spacerun:yes"> </span>yang kemudian akan anda pikirkan, ketika anda mendengar,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>membaca atau mengucapkan kata “kaya” tersebut?.</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent:36.0pt">Apa yang kemudian melintas di dalam benak anda sehubungan dengan kata “kaya”?</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent:36.0pt">Hal-hal apa saja yang telah anda lakukan untuk menjadi “kaya” dalam versi anda saat ini?</p> <p class="MsoNormal"><b style="mso-bidi-font-weight:normal">(bersambung)<o:p></o:p></b></p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-11956216712240281472009-02-17T02:22:00.004+07:002009-02-21T16:13:34.642+07:00Ponari dan Batu Ajaib Versus Menkes dan Jamkesmas<p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:#333333;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Ponari masih menjadi pembicaraan dan perdebatan publik hingga tulisan ini diturunkan.</span></span><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></b></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:#333333;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Berita mengenai </span></span></span></span><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:#2A2219;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Muhammad Ponari (9) dukun cilik dari Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang itu,</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> terus menghiasi halaman – halaman media massa cetak, dan tayangan-tayangan media massa elektronik. Bahkan dunia maya memperbincangkan ponari dengan apresiasi yang juga sangat luar biasa. </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:#2A2219;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Ponari hingga hari ini demikian menghipnotis banyak pembaca dan pemirsa di tanah air, ponari juga mendatangkan banyak komentar dari para tokoh-tokoh di tanah air. </span></span><span style="mso-spacerun:yes"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Komentar terakhir datang dari Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari. </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:#2A2219;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Mengutip </span></span></span></span><span class="apple-style-span"><b><span style="line-height: 115%; color:#333333;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Metrotvnews.com, Jombang:</span></span></span></b></span><span class="apple-converted-space"><span style="line-height: 115%; color:#333333;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> </span></span></span></span><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:#333333;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Menyikapi kasus dukun cilik Ponari, Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari di Jakarta, Senin (16/2) mengatakan, fakta tersebut tidak berkaitan langsung dengan tudingan, perawatan kesehatan yang mahal dan tidak terjangkau oleh rakyat kecil. Menurut Menkes, untuk pelayanan kesehatan pemerintah telah memfasilitasinya melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Menkes menegaskan, kasus Ponari hanyalah fenomena sosial dan tidak berkaitan dengan sistem kesehatan yang dibangun pemerintah.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span style="line-height: 115%; color:#333333;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Menteri Kesehatan dalam hal ini mungkin saja benar, bahwa </span></span><span style="mso-spacerun:yes"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Ponari hanyalah sebuah fenomena social yang tidak berkaitan langsung dengan perawatan kesehatan yang mahal dan tidak terjangkau oleh rakyat kecil. Karena pemerintah telah menyiapkan Jamkesmas.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height:115%; Bookman Old Style","serif";color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Jamkesmas adalah program pengganti Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin). Untuk bisa menjadi peserta Jamkesmas, nama penduduk harus didaftarkan oleh Kepala Daerah dan masuk dalam Surat Keputusan kemudian diteruskan ke rumah sakit sebagai daftar rujukan untuk mendapat keringanan biaya.</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Melalui program Jamkesmas, masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia yang jumlahnya mencapai 76,4 juta jiwa dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis di sarana pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan dengan anggaran dari APBN.</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Menjadi pertanyaan adalah</span></span></span></b></span><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> meskipun pemerintah telah menyediakan Jamkesmas untuk sebagian masyarakat dan terus berupaya untuk memperbaiki pemberian pelayaan kesehatan kepada masyarakat, namun </span></span><span style="mso-spacerun:yes"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> </span></span></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">mengapa ribuan masyarakat </span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">(yang datang ke Ponari)</span></span><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> lebih memilih berobat ke Ponari dari pada menggunakan Jamkesmas atau berobat melalui institusi kesehatan resmi.</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> Mengapa masyarakat yang datang berobat keponari itu lebih memilih untuk minum air comberan bekas mandi Ponari di bandingkan dengan minum obat resep dokter?</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Jika Ponari adalah fenomena social sesaat dan akan reda dengan sendirinya, lalu </span></span><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">mengapa pula, Kak Seto Mulyadi dari Komnas Perlindungan Anak itu, kemudian menyarankan agar pemerintah setempat untuk memfasilitasi adanya tempat penampungan air,</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> sebagai sebuah sarana yang mempermudah “komunikasi” antara Ponari dan pasiennya. </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Dimana </span></span><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">statement Kak Seto</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> tersebut, secara ekplisit dapat diartikan sebagai upaya mendukung teknik pengobatan yang dilakukan oleh Ponari.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Untuk menjawab dua pertanyaan yang mengemuka di atas tersebut, </span></span><span style="mso-spacerun:yes"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">patut pula sebuah perhatian diberikan untuk melihat persoalan kesehatan dan fenomena Ponari ini dari sudut pandang pasien.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Pasien yang dimaksud dalam hal ini tidak saja pasien Ponari, tetapi juga Pasien intitusi resmi. Jika dilontarkan sebuah pertanyaan kepada seorang pasien, apa yang mereka ingin dapatkan ketika mereka pergi berobat, tentu saja jawaban umum yang akan kita dapatkan adalah jawaban bahwa mereka ingin sembuh dari penyakit yang mereka derita secara total, dan kemudian sehat seperti sediakala. </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Pasien Ponari (pengobatan tradisional dan alternative) maupun pasien institusi resmi pasti akan menjawab demikian.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Namun jika anda kemudian bertanya pada seorang pasien, dengan pertanyaan “bagaimana jika penyakit yang anda derita </span></span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">(penyakit menahun, perlu rujukan sana dan sini, akan di amputasi, </span></span><span style="mso-spacerun:yes"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">belum ketemu obatnya, tidak ditanggung askes, memerlukan operasi, kemudian ada biaya dokter spesialis, ada biaya perawatan, membutuhkan waktu perawatan yang cukup lama serta obat-obatan yang sangat mahal)</span></span></i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> dapat disembuhkan dengan segera setelah meminum air putih yang di celup batu ajaib yang di pegang oleh tangan Ponari (yang maaf :habis mengupil itu). </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Manakah yang akan anda pilih, anda akan berobat ke institusi resmi (dokter, puskesmas, rumah sakit) atau anda akan pergi berobat ke Ponari?.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Menurut hemat saya, Ponari atau Jamkesmas, pasienlah nantinya yang akan menjadi hakim yang adil dalam fenomena ini. </span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Ponari dan batu saktinya, sebagaimana jamkesmas yang menjadi program dari departemen kesehatan itu, perlahan namun pasti akan di uji oleh pasien atau masyarakat itu sendiri.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">Semoga saja Ponari dapat </span></span><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;">“berjabat tangan”</span></span></i><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> dengan Institusi kesehatan resmi. Dan masyarakat dengan kearifannya sendiri, dapat mengambil manfaat positif dari keberadaan keduanya.</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><o:p></o:p></span></span></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span class="apple-style-span"><span style="line-height: 115%; color:black;"><o:p><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'times new roman';"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"> </span></span></o:p></span></span></p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-28005048154297714062009-02-15T00:21:00.001+07:002009-02-15T00:25:49.661+07:00Puisi PuisiKu Bicara Pada Dunia<p class="MsoNormal">Puisi puisiku bicara pada dunia </p> <p class="MsoNormal" style="text-indent:36.0pt">ketika fajar terbit di ufuk timur</p> <p class="MsoNormal">Puisi Puisiku bicara pada dunia</p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-tab-count:1"> </span>ketika terik membakar peluh</p> <p class="MsoNormal">Puisi Puisiku bicara pada dunia</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent:36.0pt">Ketika senja bawakupulang menghitung ajal</p> <p class="MsoNormal">Puisi Puisiku Bicara pada dunia</p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Ketika malam merenungkan kesejatian</p> <p class="MsoNormal">Puisi Puisiku Bicara pada dunia</p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Lewat kata kata penuh cinta</p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Lewat kata kata penuh canda</p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Lewat kata kata penuh angkara murka</p> <p class="MsoNormal">Puisi puisiku bicara pada dunia</p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Saat belantara raya rata oleh mesinmu</p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Saat balitaku bersimbah darah oleh mesiumu</p> <p class="MsoNormal"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Saat cintaku berpaling oleh mantramu</p> <p class="MsoNormal">Puisi puisiku bicara pada dunia</p> <p class="MsoNormal" style="text-indent:36.0pt">Lalu mengalirlah ceritaku</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-23790826229670857962009-02-13T23:50:00.001+07:002009-02-14T00:12:42.629+07:00Bingung Pilih Caleg, Golput Dan Single Identity Number.<p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><b style="mso-bidi-font-weight:normal">Bingung memilih caleg</b>, demikian inti dari pembicaraanku, dua minggu terakhir, dengan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>beberapa <i style="mso-bidi-font-style:normal">customer</i> <span style="mso-spacerun:yes"> </span>ku. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Bingung memilih caleg mencuat dari beberapa obrolan ringan yang kulakukan dengan mereka, para pelangganku, saat aku mengirim barang ketempat mereka. <span style="mso-spacerun:yes"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Dari kalimat-kalimat yang meluncur ringan itulah, begitu kental dan terlihat jelas bagaimana sulitnya mereka mencari dan menentukan figur pemimpin yang tepat itu. <span style="mso-spacerun:yes"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Figur caleg yang benar-benar memiliki keberpihakan kepada kalangan menengah bawah. <b style="mso-bidi-font-weight:normal">Caleg yang benar benar benar dan benar.<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Para pelangganku kebanyakan merupakan pemilik usaha kecil. Pada umumnya mereka membangun usaha-usaha perbengkelan yang dikelola secara mandiri dengan modal yang terbatas. Bahkan dua dari mereka berangkat dari titik minus. Berbekal kemauan keras dan kenekatan, kegigihan dan etos kerja yang cukup baiklah, yang membuat mereka terus eksis dan tumbuh perlahan hingga hari ini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Dari segi tingkat pendidikan, rata-rata mereka hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat sekolah menengah. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Sedikit sekali <span style="mso-spacerun:yes"> </span>yang strata satu. Cara berpikir merekapun sederhana, <i style="mso-bidi-font-style:normal">ndak njlimet, s</i>eperti debat-debat partai yang belakangan ini sering muncul di teve-teve swasta. Jauh sekali dari mimpi dan angan-angan akan gelimang kekuasaan. Cara berpikir rakyat kebanyakan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Sesungguhnya, akupun berada pada posisi yang sama dengan mereka, kata-kata yang acapkali di ucapkan untuk menandai eksistensi “kami” di negeri ini <span style="mso-spacerun:yes"> </span>adalah “<b style="mso-bidi-font-weight:normal">rakyat, kaum marjinal, kelas tiga, proletar, orang pinggiran, klas bawah” </b>dan beragam lagi yang menunjukkan bahwa “kami” bukan elit. Apalagi elit politik.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Kebingungan para pelangganku itu, sesungguhnya merupakan kebingunganku juga. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Bahkan, bukan tidak mungkin, menjadi kebingungan sebagian besar masyarakat Indonesia, yang saat pemilu tiba nanti, notabene akan menjadi massa mengambang. Yang berujung memilih golput atau asal contreng alias asal pilih yang penting ikut pemilu. Masa bodoh siapa yang menang, yang penting siapa yang kasih duit, kaos atau sembako yang paling banyak.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Kebingungan para pelangganku, bermula dari pertanyaan yang sederhana, siapakah mereka yang photo dirinya saat ini menghiasi jalan-jalan kota?. Dari mana mereka berasal?. Apa sumbangsihnya selama ini, sehingga mencalonkan diri sebagai caleg?. Bagaimana dengan kredibiltasnya? Kejujurannya? Apakah mereka benar-benar benar amanah? Kog, slogan-slogan dan janji-janjinya sama semua?. Yang di baliho itu bebas korupsi nggak? Pernah nrima suap nggak? Pernah ingkar janji nggak?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Siapakah yang mereka klaim sebagai ”rakyatnya”, sebab spanduk, pamflet, poster, stiker, baliho yang mereka pasang itu selalu menyebutkan kata-kata <i style="mso-bidi-font-style: normal">rakyat. </i><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Entah itu “keadilan untuk rakyat” “kesejahteraan untuk rakyat” <span style="mso-spacerun:yes"> </span>“berjuang bersama rakyat” “kemakmuran rakyat” dan ratusan kalimat –kalimat propaganda yang lain, yang mengatasnamakan rakyat.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Pertanyaan-pertanyaan para pelangganku itu membuatku susah tidur.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Dilarangkah pengatasnamaan “rakyat” itu oleh para caleg dan partai politik? </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Tentu saja tidak. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Hanya saja, menurutku, menjual dan memperdagangkan kata “rakyat” untuk sekedar menarik simpati waktu pemilu dan benar benar benar berjuang untuk rakyat adalah dua hal yang sangat berbeda dan bertolak belakang.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Salah seorang pelangganku Nazirin bertanya “mengapa partai tumbuh bak jamur di musim hujan?” aku hanya bisa menjawab dengan singkat “kekuasaan dan demokrasi”</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Nazirin bingung. Aku juga. Karena aku sendiri tak begitu memahami jawaban yang kuberikan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">“Sperti mi instan” dengusnya. Sebelum mengucapkan terimakasih kepadaku dan melanjutkan pekerjaannya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Aku tak mengerti maksud Nazirin, sepanjang jalan dari bengkelnya aku berpikir apa maksud Nazirin menyamakan caleg dengan mie instan. Karena sepengetahuanku mie instan adalah salah satu makanan cepat saji.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Apakah ia menyiratkan bahwa caleg-caleg yang ada saat ini, semuanya instan?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ya.. Instan.. Tiba-tiba saja jadi. Tiba-tiba saja nongol di belantara politik Indonesia. Tiba-tiba saja memperoleh berbagai fasilitas Negara, tiba-tiba saja sok mau minta di hormati dan di layani. Dan tiba-tiba saja lupa dengan konstituennya. Aku jadi benar-benar <span style="mso-spacerun:yes"> </span>tak mengerti jalan pikir Nazirin.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Politik memang bukan ranah untuk masyarakat kecil sepertiku dan Nazirin. Tapi setidaknya aku dan Nazirin memiliki kesamaan. Tidak suka berada di wilayah abu-abu. Sebuah wilayah di mana tidak ada kawan maupun lawan yang abadi. Yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Kepentingan siapa? Kepentingan apa? Demi perut siapa.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Tetapi sebelum pulang, sempat kukatakan pada Nazirin untuk tidak perlu pusing memikirkan mereka yang mau jadi caleg. Biarkan saja. Sebab alam akan menyeleksi mereka dengan caranya sendiri.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Pemimpin adalah <i style="mso-bidi-font-style:normal">primus interpares,</i> ia terkemuka di antara yang sama. Lalu sedikit ku bagi pengetahuanku tentang <i style="mso-bidi-font-style: normal">single identity number</i> kepadanya. Dan ia setuju dengan wacana <i style="mso-bidi-font-style:normal">single identity number </i>itu<i style="mso-bidi-font-style:normal">. <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Karena <i style="mso-bidi-font-style:normal">single identity number</i> bukan lah sulap dan bukan pula sihir. Single identity number merupakan suatu keniscayaan. Dan bila terwujud, <i style="mso-bidi-font-style:normal">track record</i> seorang caleg, seorang cagub, seorang capres atau siapapun yang akan memangku jabatan publik, rekam jejaknya akan dapat dengan sangat mudah ditelusuri. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Sayangnya, belum terlihat satupun partai yang mendukung dan bersungguh-sungguh mendorong terwujudnya wacana itu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Mungkin, ke depan <i style="mso-bidi-font-style:normal">single identity number</i> akan menjadi salah satu jawaban agar masyarakat kecil sepertiku, juga Nazirin, tak akan lagi bingung untuk menentukan pilihan. Ga perlu golput. Atau salah contreng dan lebih penting lagi, ga perlu takut sama dosa dan neraka, karena golput atau salah pilih.<span style="mso-spacerun:yes"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Semoga saja.</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-91114482469263830582009-02-13T00:49:00.001+07:002009-02-13T00:53:17.245+07:00Miadeenatha<p class="MsoNormal">Maharani simpuh mencurah pinta dikaki batara</p> <p class="MsoNormal">Inginnya segera menjala titah dari surga</p> <p class="MsoNormal">Abdipun mengatur sujud saat malam menjelang</p> <p class="MsoNormal">Demi masa, penjuru kraton menanti sabda</p> <p class="MsoNormal">Eyang putri menganggukkan kepala</p> <p class="MsoNormal">Emban putri, panglima dan punakawan berkaca-kaca</p> <p class="MsoNormal">Nun, batara agung lalu bicara pada hamba</p> <p class="MsoNormal">Agar menyiapkan selaksa panah dan gendewa</p> <p class="MsoNormal">Tameng juga kreta yudhistira, sebab batara mengerti lagi bijaksana</p> <p class="MsoNormal">Hikayat tlah tertuang dalam serat</p> <p class="MsoNormal">Abdi di titah memanah matahari, sebagai tiara bagi maharani.</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-42969702064601581182009-02-12T22:58:00.003+07:002009-02-13T01:20:16.507+07:00ponari<p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight: normal">Ponari<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ponari<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dukun cilik dari jombang dapat mengobati segala macam penyakit ! begitu kata berita beberapa hari terakhir. Ribuan orang rela antri demi mendapatkan pengobatan dari si dukun cilik. Tragisnya<span style="mso-spacerun:yes"> </span>kata berita, empat orang tewas kelelahan saat mengantri. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Ponari menjadi fenomenal sejak menemukan sebuah batu. Batu tersebut ditangan ponari di yakini sebagai sumber pengobatan???...</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Meski Ponari telah menutup praktik perdukunannya. Ternyata masih banyak orang yang datang mengharapkan pengobatan darinya. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Berita-berita tentang ponari beberapa hari terakhir ini memang menyita perhatian public, bahkan menimbulkan perdebatan, terutama bagi kalangan medis dan scientist, yang tentu saja mempertanyakan tentang praktik pengobatan yang sangat tidak ilmiah dan sangat diragukan kebenarannya dari sisi medis itu.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Terlepas dari pertanyaan dan persoalan ilmiah atau tidak ilmiahnya pengobatan Ponari. Menarik untuk dicermati adalah potret ribuan warga yang rela antri berdesak-desakan untuk mendapatkan pengobatan ponari tersebut. Bahkan pasien ponari ada yang datang dari luar kota bahkan propinsi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Apa yang menyebabkan sebagian masyarakat kita, di jaman serba computer ini masih percaya pada praktik perdukunan dan hal-hal yang berbau mistis?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Pertanyaan akan sebuah alasan, mengapa pada sebagian masyarakat kita masih percaya pada praktik perdukunan, tentu saja tidak dapat dijawab dengan mudah.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Setidaknya dikarenakan <i style="mso-bidi-font-style: normal">alasan dari</i> <i style="mso-bidi-font-style:normal">kepercayaan</i> ini berkaitan erat dengan persoalan social ekonomi, budaya dan tingkat pendidikan pada masyarakat kita yang tidak merata. Plus ditambah dengan fakta bahwa sebagian praktik pengobatan tradisional ternyata benar-benar memberikan kesembuhan kepada tidak sedikit pasien. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Apalagi masyarakat kita memang terlebih dahulu mengenal teknologi pengobatan <i style="mso-bidi-font-style:normal">“jampi-jampi”</i> dibandingkan dengan teknologi kedokteran. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Rumit dan complicated begitulah kira-kira, kata- kata tepat yang dapat mendeskripsikan tentang sudut pandang sebagian masyarakat kita, dukun, dokter, pemerintah dan kesehatan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Inilah realita dan fakta yang ada. Kita sering menyebutnya sebagai aneh tapi nyata. Tapi bagiku, lagi-lagi hidup adalah sebuah pilihan. Sebagian masyarakat telah memberikan <i style="mso-bidi-font-style:normal">“vote”</i> mereka bahwa “Ponari mampu memberikan kesembuhan”. Dunia kedokteran dan pemerintah juga telah memberikan “suara” mereka. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Dan sekarang sebagai pribadi, bagaimana dengan pendapat anda?<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Mau sok latah atau memiliki sikap yang lain?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt">Hanya saja dari penglihatan awamku, cerita Ponari di awal Februari 2009 ini adalah sebuah potret buram dari pelayanan kesehatan yang ada di negeri ini.</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-54574119615449870902009-02-08T23:08:00.002+07:002009-02-13T01:13:20.727+07:00Bagaimana Mencintaimu<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><br /></span></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Bagaimana aku mencintaimu</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Bagaimana aku mengabdi kepadamu</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Apakah harus dengan cara yang sama</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Atau…</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Bolehkah aku berbeda</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Tak menurutmu</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Tak seperti biasa</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Bagaimana aku mencintaimu?</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><o:p> </o:p></p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-80339010314764402652009-02-08T23:06:00.002+07:002009-02-09T10:01:17.542+07:00Jangan Bicara Dik !<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Jangan bicara Dik !</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Bila bicara hanya menambah gundah</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Jangan diam Dik !</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Bila diam hanya buat kau marah</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Tapi, Dik ku mohon</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Bicara dan diamlah saat aku minta.</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-88125123633129045612009-02-08T23:04:00.002+07:002009-02-09T10:01:47.946+07:00dindri<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Deru angin menjela bawa harum<span style="mso-spacerun:yes"> </span>tubuhmu padaku</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Oh, permata jiwa yang hanif, </p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">terlukis kabut malam, </p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">dengar…</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Nelangsa itu telah usai, </p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">pertanda</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Akhir pencarian akan wajah cinta</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Ia sujudku pada dua pertiga malam</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Nun, bawa aku pada kesaksian hidup</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Dan selaksa doa tertumpah</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Riuh pada langit fajar</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Imajinasi lalu menyeruak </p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">buatku pahat dua patah kata pada dinding hati</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Aku bersimpuh dalam taffakur, </p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">saat Nestapa gugur terbawa riang sang embun</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">lalu Aku berjanji pada hening</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">impian kan ku pintal pada arsy-Mu</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><o:p> </o:p></p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-24972387343492961052009-02-08T23:02:00.000+07:002009-02-08T23:03:12.781+07:00kepada cinta<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Pada Cinta di ujung langit</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Takkah kau lihat</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Di sini ada api menyeruak dari palung hati</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Pada cinta disudut bayang</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Takkah kau dengar</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Sepertinya tak ada lagi getar batin itu</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Suaranya telah mengecil</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Sebab ngilu telah kubicarakan</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Pada pohon randu diujung jalan.</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-43159923631169486182009-02-08T23:00:00.001+07:002009-02-09T10:02:37.170+07:00....<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Senja turun menghaturkan sujud pada malam</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Lalu bintang bertandang mengajakku berdansa di awan</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Aku diam sebab pintanya</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Keakuanku semburat pada tungku batu</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Sementara aku ingin kembali</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Kecup bibir pelangi</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Yang menari perlahan bersamaku</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Diantara kecamuk rinai senja tadi.</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-85543650282270168522009-02-08T22:57:00.002+07:002009-02-09T10:03:09.822+07:00Hitam Putih<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Hitam Putih secarik warna<br /></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Hitam putih coretan pertanda</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Hitam putih paras gelap dan terang</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Hitam putih adalah potret kebajikan dan kesesatan</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Hitam putih hanyalah aku</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Hitam merupa bayang keabadian</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Putih meraga kesesatan hati</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Keduanya dipasung gelora cinta</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Hanyalah aku yang meramu</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Pada selapis asap dupa</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Pada gatra penuh mantra</p> <p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center">Tak seorangpun tahu</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-27846521295895835822009-02-08T22:54:00.001+07:002009-02-09T10:03:43.817+07:00Amarah !<p class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: bold;"><br /></span></p> <p class="MsoNormal">Amarahku mulai surut </p> <p class="MsoNormal">tetapi jangan engkau lalu berdiri dihadapanku</p> <p class="MsoNormal">sebab amarahku belum lagi usai</p> <p class="MsoNormal">sebab busuk lidahmu kemarin tak berbatas</p> <p class="MsoNormal">mengusik nuraniku</p> <p class="MsoNormal">Amarahku telah melahirkan cinta</p> <p class="MsoNormal">Tetapi jangan engkau lalu berdiri dihadapanku</p> <p class="MsoNormal">Karena aku tak akan lagi memberimu wajah</p> <p class="MsoNormal">Karena aku tak akan lagi memberi hormat kepadamu</p> <p class="MsoNormal">Meski sedikit!</p> <p class="MsoNormal">Agar kau mengerti !</p> <p class="MsoNormal">Agar kau memahami !</p> <p class="MsoNormal">Kau..Aku..datang dari negeri yang jauh</p> <p class="MsoNormal">Hanya sebab puteri –puteri pertapa</p> <p class="MsoNormal">Kau boleh berdiri dihadapanku</p> <p class="MsoNormal">Tetapi amarahku belum lagi usai</p> <p class="MsoNormal">Belum<span style="mso-spacerun:yes"> </span>lagi reda!</p>trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-26185837393416969182009-02-03T23:04:00.005+07:002009-02-09T10:07:39.635+07:00berbenah blogBagaimana blognya? Tanya Mee. Sembari melingkarkan lengannya di leherku..<br />“Belum begitu bagus,..masih biasa-biasa saja.. jawabku datar.<br />“Coba, boleh dilihat nggak…?”<br />Aku mengangguk, kemudian menggeser kursiku dari depan computer.<br />Mee beranjak sebentar mengambil kursi kecil di bawah meja rias, kemudian meletakkannya disebelahku.<br />Matanya yang bening lalu mengawasi layar computer. Mengamati beberapa perubahan kecil pada blog ku.<br />“Heii…bukankah ini sudah cukup baik untuk seorang pemula” puji nya seraya menunjuk layar monitor.<br />Aku tersenyum kecil.<br />Mee mengambil mouse, lalu menggerakkannya pada blogku, seperti ingin tahu lebih detail.<br />“Susah nggak buat blognya ?” tanya Mee sembari menyandarkan kepalanya di bahuku.<br />Aku nyengir… tak segera menjawab.<br />Jujur harus aku akui, di jaman dimana kuda sudah nggak lagi gigit besi, di mana orang item disuntik vitamin jadi putih, di mana transaksi udah maen gesek, dimana telepon sudah gak perlu kabel, dan di mana dunia yang sudah worldless itu, tetap saja, untuk urusan dunia maya, aku memang rada-rada ketinggalan.<br />Mungkin ini dikarenakan aku sedikit konservatif dalam hal yang berbau teknologi. Kalau tidak mau dibilang gaptek. Aku seringkali beralasan dan menyebutnya sebagai menyesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi begitulah kenyataannya. Saat ini aku tengah bersusah-payah untuk membuat blog ini menjadi “cukup lumayan”…”tidak jelek-jelek amat”…atau apapun namanya nanti, setidaknya sudah cukup memuaskan bagiku.<br />Sebab yang aku tahu, seseorang professional kaliber wahid sekalipun masih akan terus belajar dan belajar kalo nggak mau jadi bego… ha..haa..haa…<br />Tapi benerkan, belajar itu membuat kita makin bego?<br />“Kog, jadi senyum-senyum sendiri..” Mee menyentakkanku dari pikiran yang semakin jauh.<br />“Gimana, susah nggak?..” Tanya nya lagi.<br />Aku kembali tersenyum.<br />“Mengawali sesuatu yang membuat perubahan mendasar pada diri kita tentulah tidak mudah… dan tentu saja terasa berat, tetapi itu bukan alasan untuk berhenti dan menyerah khan…?” bisikku di telinga Mee.<br />Mee menatapku dan mengangguk setuju.trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-16748354625782515852009-02-03T16:05:00.003+07:002009-02-09T10:04:46.902+07:00Jika Aku PergiJika aku pergi suatu ketika nanti<br />Aku harap kau mengerti<br />Ini bukan karena kekalahan<br />Apalagi sebab lelahku<br />Tidak!<br />Sama sekali tidak!.<br />Percayalah ini hanya karena waktuku bersamamu disini telah usai<br />Sebab aku telah berjumpa dengan takdir pada kiblatmu.<br />Jika aku pergi suatu hari nanti<br />Aku harap kau percaya<br />Aku telah memikirkannya sejak hari ini<br />Sebab itu kumohon jangan biarkan setitikpun air matamu jatuh untukku<br />Sebab itu kumohon ingatkan aku jangan ada kata sesal itu<br />Jika aku pergi suatu ketika nanti<br />Tak perlu lagi ungkit kebersamaan itu<br />Karena mungkin akupun telah lupa<br />Dan lagi pula siapa Aku?<br />Biarkan semua berjalan seperti apa adanya<br />Sebab inilah kodrat<br />Jika aku pergi suatu ketika nanti<br />Sesekali putarkan tanda-tanda yang kutinggalkan<br />Bukan untuk mengenangku atau mengingatku<br />Tetapi karena hati kita yang meminta itu<br />Dan nanti…<br />Jika aku benar-benar telah pergi<br />Jangan biarkan aku menoleh meskipun untuk memandangmu<br />Biarkan… biarkan pada saatnya nanti<br />Kubawa kembali diriku kepadamu dengan kereta kencana<br />Menjemputmu dari batas mimpi yang kugali hari ini<br />Dan telah kupastikan hari ini.<br />070804.03.54trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-17915053127863741972009-02-02T23:33:00.002+07:002009-02-09T10:05:44.628+07:00Hidup Adalah Sebuah Pilihan?Entah kita sadari atau tidak, hidup yang telah dan saat ini tengah kita jalani adalah perwujudan dari berbagai pilihan dari sebuah proses dan metode, yang seringkali baru akan kita ketahui, pada saat kita mencapai suatu titik dan menoleh kebelakang.<br />Pilihan yang mengandung konsekuensi logis.<br />Pada saat menoleh kebelakang, seringkali kita bertanya, tentang apa dan mengapa kita pada saat ini, pada hari ini, berada di titik tersebut.<br />Apakah keberadaan kita, hingga sampai pada titik tersebut adalah sebuah keinginan dan perwujudan harapan yang kita pilih?<br />Entah disadari atau tidak, pada titik itu pula, kita lalu melakukan sebuah koreksi dari sebuah pilihan dan keputusan-keputusan yang telah kita ambil dalam rentang waktu yang telah kita lalui.<br />Hasil dari koreksi dan kontemplasi itu ternyata kita kemudian menjadi sesuatu pribadi yang baru, sesuatu pribadi yang tidak akan pernah sama dengan sebelumnya. Menjadikan kita berbeda.<br />Kemudian kita mulai memahami maksud atas pilihan itu.<br />Pilihan yang sesungguhnya tidak pernah kita ketahui maksudnya.<br />Dan semua yang tersembunyi didalamnya.<br />Menjadi rahasia antara kita dan pilihan itu sendiri.<br />Dengan demikian apakah hidup yang kita lakoni hari ini adalah sebuah pilihan?trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-29935220163268134392009-01-18T02:44:00.002+07:002009-02-09T10:06:11.531+07:00Titah LenteraPayung kegelapan lama selimuti tapaku<br />Hingga jelita bawa lentera dengan kedua tangan penuh cinta<br />Lalu sematkan di dinding batu<br />Tanpa bicara<br />Diam…<br />dan<br />Tetap diam…<br />Hingga nyala lentera mengusik batin hamba<br />Kemudian hangatnya baluri sisi keraton atma<br />Yang kemarin terdera<br />Sedetik..panah tanya memancar dari gendewa jiwa<br />Menghujam direlung hati pencari derma<br />Wahai…mahaduta lentera<br />Mengapa dara bawa lentera pada hamba<br />Hingga sejuk tatap dara yang semburat dari bingkai kaca<br />Meracau tapa darma hamba<br />Apakah sebab titah paduka?<br />Lalu, dara jelita renda tawa sewangi cendanatrustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-19393108943333943792009-01-16T21:59:00.001+07:002009-02-03T20:38:22.240+07:00SujudYang bersimpuh pada dua pertiga malam<br />Engkau air mata bromocorah<br />Nugerah paramasatera cinta puja<br />Illahiah semesta rupa<br />Penjaga hati memasung pinta<br />Usai selaput kehidupan menjela sukma<br />Semburatkanlah warna jiwa yang hanif<br />Violeta aura cinta sang abadi<br />Yang kemarin terlupa sebab lidah malu kelu<br />Takut berucap dalam simpuh<br />Aku cinta padamutrustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3334828143085120033.post-20867034523504877852009-01-15T19:04:00.003+07:002009-02-11T18:59:39.446+07:00Antara Aku, Mee dan Blog Baru Ku.Masih suka nulis? tanya Mee padaku.<br />"nggak"... jawabku datar.<br /><br />Mee diam, agaknya ia menungguku untuk memberi komentar lebih jauh atas pertanyaannya.<br />"aku sudah tak punya nyali" kataku lagi<br />mee tersenyum...<br />"coba saja lagi" bujuknya.<br />"entahlah, mungkin nanti"<br />"Bagaimana kalau latihan lagi di blog?<br />"Blog"?!!!.. keningku berkerenyit. Blog terasa asing di telingaku.<br />Kemudian Mee, menyodorkan kepadaku sebuah buku...<br />"Baca deh.."<br />Aku menggeleng-gelengkan kepala. Tetapi Mee terlihat begitu antusias.<br />Aku tak begitu mengerti, mengapa Mee tiba-tiba mendorongku untuk kembali menautkan kata demi kata seperti yang pernah ku lakukan bertahun lalu.<br />Aku benar-benar tak memahami maksud Mee.<br />Memang, Mee tahu, dulu aku pernah <em>keranjingan </em>nulis.<br />Mee juga tahu beberapa tulisanku pernah di muat di salah satu surat kabar harian lokal.<br />Mee mengklipingnya untukku. Beberapa opini, cerpen dan puisi. Bahkan sebuah <em>"majalah sastra",</em> yang kubuat bersama dua orang teman baikku tersimpan dengan baik.<br />Mee mengarsipkannya untukku.<br /><br />Jujur, harus kuakui, telah seringkali, aku ingin kembali melatih kesadaranku terhadap adanya talenta itu. Sebuah talenta yang membuatku peka.<br />Talenta dari karya Illahiah atas kemanusiaanku yang <em>dhoif.</em><br />Talenta yang mengajarkanku untuk berbagi ruang dan waktu.<br />Talenta yang memberikan energi bagi kehidupanku.<br />Hanya saja, di tengah gelora keinginan itu seringkali sebuah pemikiran berkecamuk.<br />Sebuah pertanyaan lalu mencuat dari pemikiran yang sederhana..<br />Apakah aku dapat membuat sesuatu yang lebih baik dari yang pernah ada?<br />Apakah aku akan mampu kembali menghadirkan sesuatu yang memberi banyak arti bagi banyak orang. Entahlah.<br />Mungkin Mee benar. Aku harus mencoba lagi. Lagi dan lagi.<br />Setidaknya untuk aku dan Mee<br /><br />Mungkin dimulai dari Blog ini....trustdeenathahttp://www.blogger.com/profile/11103758089503187495noreply@blogger.com0