Selasa, Maret 03, 2009

Kaya

Kaya

(Bagian 3)

Kaya Itu Takdir atau Pilihan?

                Jika saat ini ada seseorang berdiri dihadapan anda, kemudian ia bertanya kepada anda, dengan sebuah pertanyaan, “apakah seseorang yang“kaya” itu, menjadi “kaya” karena takdirnya atau  karena pilihan hidupnya? Jawaban seperti apa yang akan anda berikan?

                Pertanyaan di atas pernah aku lemparkan, saat aku menjadi seorang pembicara dadakan, dalam sebuah forum diskusi, yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi ekstrakampus.

Sebagai hasilnya, dari 40 orang peserta, 5 orang percaya bahwa “kaya” adalah takdir, sesuai dengan garis telapak tangan, 9 orang percaya bahwa “kaya” itu adalah sebuah pilihan, dan sisanya memilih bahwa “takdir dan pilihan hidup” tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Meskipun pada sesi diskusi, terjadi perdebatan yang cukup sengit di antara para peserta, tentang takdir dan pilihan hidup itu, namun di akhir session itu, mereka memiliki pendapat dan keinginan yang sama, mereka semuanya ingin menjadi “kaya”, meskipun dengan paparan alasan yang berbeda-beda.

Pada kesempatan terakhir dalam perbincangan itu, aku menambahkan beberapa lagi alasan, mengapa seseorang hendaknya menjadi seseorang yang “kaya” dalam hidupnya.

Pertama, seseorang dihendaki untuk menjadi seseorang yang “kaya” dalam hidupnya, disebabkan “kaya” adalah amanah dari kehidupan.

Kedua, persiapan untuk menjadi seseorang yang “kaya”, sama sulitnya dan sama mudahnya dengan persiapan untuk menjadi seseorang yang “miskin”. Dengan kata lain, kerumitan dan complicated permasalahan yang timbul sebagai akibat dari keingingan menjadi “kaya”, sama rumit dan complicatednya dengan memilih untuk menjadi seseorang yang “miskin”.

Ketiga, meskipun tidak selalu benar, fakta seringkali berbicara, bahwa orang yang “kaya” dapat melakukan berbagai hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang “miskin”.

Tidak ada komentar: